Lompat ke isi utama

Berita

Pasangan Calon Perlu Memahami Cara Berkampanye yang Efektif dengan Media Sosial

Dalam penyelenggaraan Pilkada 2020, KPU mengupayakan agar metode kampanye yang menghadirkan massa, seperti pertemuan terbatas, tatap muka dan dialog, dilakukan lewat daring. Alasannya, untuk penerapan protokol kesehatan dalam rangka memutus rantai penularan Covid-19 . Media sosial (medsos) diperkirakan akan banyak digunakan oleh pasangan calon (paslon) dan tim kampanye untuk berinteraksi dengan calon pemilih selama tahapan kampanye. Beragam konten kampanye kandidat dari akan meramaikan bermacam platform medsos seperti facebook, youtube, instagram, dan twitter. Aplikasi chatting layaknya whatsapp dan telegram pun akan dimanfaatkan secara optimal untuk meyakinkan pemilih selain aplikasi zoom. Dalam diskusi daring bertajuk “Kampanye Di Era Masa Pandemi Covid-19” yang digelar oleh Bawaslu Jawa Timur, Selasa 21/7, seluruh narasumber yakin akan adanya ‘perang’ content kampanye di medsos untuk menarik simpati publik. Noudhy Valdryno, manajer hubungan pemerintah se Asia Pasifik untuk fecebook, meyakini adanya trend kenaikan penggunaan medsos pada tahapan kampanye pilkada 2020. Ryno, panggilan akrab Noudhy Valdryno, mempredisksi bahwa aplikasi facebook dan instagram akan banyak dimanfaatkan untuk sosialisasi diri para kandidat. “Facebook dan instagram paling dominan ‘dikonsumsi’ oleh masyarakat indonesia, peluang kampanye menggunakan kedua plaform tersebut akan efektif” ungkap Ryno. Terlebih di masa pandemi, 70 % waktu hanya habis untuk berinteraksi dengan smartphone, dimana 45 %-nya dihabiskan untuk ber-medsos. Terkait bentuk kampanye di medsos yang efektif, Ryno menyarankan conten video sangat disukai oleh pengguna medsos, disusul video blog (vlog). Asumsi Ryno tersebut didasarkan pada hasil riset We Are Social Singapore yang menemukan bahwa 99 % pengguna suka menonton video dan 79 % menyukai vlog. “Tiap malam saya melihat teman-teman melakukan citra diri dengan membuat video dan vlog dengan siaran langsung di facebook dan instagram, ini trend yang sangat positif” urai Ryno. Pemuda yang sempat mengenyam pendidikan di negeri tiongkok ini, lantas memberi catatan terkait pemanfaatan medsos sebagai media kampanye. Kandiat maupun tim kampanye harus betul-betul memperhatikan substansi kampanye yang diroduksi. Jangan sampai terjadi gap atau kesenjangan antara content yang dihasilkan dengan kemampuan publik untuk mencerna atau memahaminya. “Kreator perlu membuat 1 sampai 2 content kampanye yang kuat dibanding membanjiri medsos dengan jutaan konten yang tidak berkualitas, paslon tidak sertamerta melakukan spaming. Kekhawatirannya, jika terus –menerus posting tidak akan menciptakan interaksi yang sehat” pungkas Ryno. Dengan demikian, Aspek dialogis atau proses interaktif yang subtantif antara kandidat dan konstituen perlu lebih diperkuat. (YOG)
Tag
Berita